Senin, 16 Februari 2015

Selamat Pagi Sayang

Posted by Anonim at 2/16/2015 08:10:00 PM
“selamat pagi sayang” sebuah sapaan sederhana di pagi hari yang terucap diantara hati yang bergetar dalam sebuah momentum ruang atas nama kasih sayang. Sebuah sapaan yang membuat senyum terus berkembang hingga malam nanti tiba. Tapi kini, “selamat pagi sayang” hanya sebuah sapaan sederhana yang bernama asa.
Sapaan itu tinggal sebuah memori. Sapaan itu hilang sejak tadi malam. Tak ada lagi sapaan itu, yang tertinggal hanyalah ada. Hanya ada aku disini yang baru saja terbangun dengan mata sembab, rambut berantakan dan dada sesak. Aku tidak sakit. Aku memang tidak sedang demam. Tapi rasa ini lebih parah dari sekedar rasa demam.
Ya.
Aku mugkin memang sakit.
Tapi bukan demam.
Tapi lebih parah dari demam.
Aku sakit.
Aku perlu obat.
Mungkin sapaan itu akan menjadi obat paling mujarab. Tapi kini obat itu sudah tak dijual lagi di apotek kehidupanku. Obat itu sudah dicabut dari kehidupanku. Kamu yang mencabutnya.
Ya.
Kamu.
Kamu…
Dadaku makin terasa sesak mengingat kamu. Aku kembali teringat tentang tadi malam, saat kamu memilih menyudahi semuanya. Memilih meninggalkanku. Membuatku sakit.
Kini aku sendiri. Meresapi detikku yang tanpa kamu. Bagaimana bisa aku menjalani hari ini tanpa kamu. Bagaimana bisa aku memulai pagi ini tanpa sapaan manis yang biasa kamu ucapkan.
Aku tidak bisa.
Tapi kamu bisa.
Kamu bilang aku juga pasti bisa.
Tapi aku tidak bisa. Aku tidak bisa menjalani hari dengan sejuta memori yang kamu tinggalkan. Aku tidak bisa terus bergerak diantara partikel kerinduan yang tertahan.
Pagi ini.
Aku yakin, aku tidak bisa hidup tanpa kamu.
Tapi kamu bisa hidup tanpa aku.
Aku teringat sesuatu. Satu hal. Yang membuatku kembali menangis. Yang membuat air mataku kembali keluar tanpa arah. Ya, aku ingat sesuatu. Satu alasan paling pahit. Alasan kenapa semua ini terjadi. Alasan kenapa kamu meninggalkanku.
Kamu.
Kamu tak sanggup jika harus menjalani long distance relationship. Padahal kamu selalu menyakinkanku kita bisa. Tapi..
Ahh. Dadaku makin terasa sangat sesak. Sekarang mungkin lebih parah. Kenapa bisa kamu meninggalkan tangis padaku, sedangkan kamu sendiri tertawa tanpa aku.
Aah. Pagiku makin kelabu jika memikirkan semua itu. Semua tak akan berujung. Semuanya akan terus begini. Aku akan tetap begini. Meresapi sendiri sebuah rasa yang kamu tinggalkan bernama asa. Meresapi sendiri partikel kerinduan yang akan selalu kusimpan untukmu. Meresapi pagiku yang kini sepi tanpa kamu.
Meresapi sebuah sapaan hangat, “selamat pagi sayang”. Sapaan itu kini hanya kulakukan sendiri. Kuberikan juga untuk kamu lewat sebuah jalan yang tak terlihat. Mungkin kamu tidak akan merasakannya lagi. Tapi aku akan tetap merasakannya.
Selalu.
Atau setidaknya sampai semua tulisan ini berakhir.

0 comments:

Posting Komentar


Diberdayakan oleh Blogger.

Asmaul Husna


Social Icons

Featured Posts

 

Senyum Sukacita Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review